Kuntowijoyo
lahir di Yogyakarta, pada tanggal 18 September 1943.[1]
Ia merupakan sejarawan sekaligus seorang sastrawan terkemuka di Indonesia.
Dalam perjalanan hidupnya, ia juga terkenal sebagai aktivis gerakan dan seorang
budayawan.
Tahun
1969, Kuntowijoyo telah menamatkan studinya di Jurusan Sejarah UGM. Tahun
1973-1974, ia menjalani tugas belajar di Universitas Connecticut USA dan
memperoleh gelar M.A. Selanjutnya gelar Ph.D. diperoleh Kuntowijoyo pada tahun
1980 di Universitas Colombia, dengan disertasi berjudul Social Change in an
Agrarian Society: Madura 1850-1940.[2]
Karier
mengajar Kuntowijoyo diawali di almamaternya. Ia juga sempat menjadi dosen tamu
di Universitas Filipina pada tahun 1984 yaitu bulan September-Desember. Pada
Juni-Agustus 1985, ia menjadi dosen tamu di Universitas Michigan.
Sebagai
seorang akademisi ia banyak menghasilkan karya, seperti Dinamika Sejarah Umat Manusia Indonesia (1985), Budaya dan Masyarakat (Tiara Wacana,
1987), Paradigma Islam, Intepretasi untu
Aksi (Mizan, 1991), Radikalisasi
Petani (Bentang, 1994), Metodologi
Sejarah (Tiara Wacana, 1994, edisi revisi 2003, Raja, Priyayi, dan Kawula (Ombak, 2004) dan masih banyak yang
lainnya. Selain sebagai seorang akademisi, Kuntowijoyo juga terkenal akan
kemahirannya di dunia sastra. Karya sastranya seperti Kereta Api yang Berangkat Pagi Hari (novel, 1966), Pasar
(novel, 1972; terbit ulang pada tahun 1993). Kuntowijiyo juga menulis
puisi, seperti Isyarat (1976), Suluk Awang-Uwung (1976), dan Daun Makrifat, Makrifat Daun (1995).
Kemahirannya dalam berkarya, tidak mengherankan
jika Kuntowijoyo banyak memperoleh penghargaan dalam bidang sastra. Hadiah
pertamanya diperoleh dari majalah Sastra (1968), Penghargaan Penulis Sastra
dari Pusat Pembinaan Bahasa (1994) untuk cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga, Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan
meraih predikat sebagai Cerpen Terbaik Kompas.
Sejumlah penghargaan lain yang tidak menunjuk secara khusus pada karyanya juga
pernah ia terima, yakni Penghargaan Sastra Indonesia dari Pemda DIY (1986),
Penghargaan Kebudayaan ICMI (1995), Asean Award on Culture (1997), SEA Write
Award dari Pemerintah Thailand (1999), dan masih banyak lainnya.[3]
Peran Borjuasi dalam Transformasi Eropa
merupakan karya terakhir Kuntowijoyo sebelum ia meninggal pada tanggal 22
Februari 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar